Little Girl


Gadis kecil itu duduk di belakang jendela sembari menatap kedua orang yang sedang tertawa di taman belakang rumahnya. Dari balik Jendela dia melihat betapa bahagianya kedua orang yang ada disana, tanpa dirinya. Disana ia melihat ayah serta kakak laki-lakinya sedang bermain sambil becanda ria, kemudian gadis itu menunduk untuk menyembunyikan butiran kristal bening yang keluar dari matanya yang sewarna batu sapphire.  Gadis itu bernama Narumi, seorang gadis yang baru berumur sepuluh tahun dan terlupakan oleh keluarganya sendiri.
Banyak cara yang dilakukan gadis itu untuk menarik perhatian keluarganya namun yang ia dapat hanya bentakan dan ucapan penuh kebencian yang ia terima, namun ia hanya tersenyum menanggapi itu semua. 

 
Narumi mengangkat wajahnya sambil tersenyum dan mengusap matanya, dia melihat ke arah jendela kembali dan melangkahkan kaki ke balkon rumahnya. Disana dia melihat ke tempat yang memiliki banyak warna kuning dan hijau menghiasi pot-pot kecil hasil kecintaannya dengan bunga yang berwarna kuning yang selalu mengikuti arah matahari. Narumi berjalan dengan senyuman menghiasi wajahnya dan mulai menyirami bunga-bunga kesukaannya itu, dia duduk di depan pot-pot yang berjajar rapih membentuk sebuah lingkaran, Narumi mulai menatap bunga itu sambil termenung  “aku berharap sekali bisa berada dekat mereka dan bermain bersama mereka juga, aku juga ingin dipeluk ayah serta bermain bersama kakak” berkata dengan getir sembari menatap bunga itu dengan lembut sekali seakan-akan ia sedang bercerita pada sahabatnya.
Bunga itulah yang selalu menjadi obat untuk rasa sesak yang selalu dia alaminya, ya karena bunga itulah dia selalu bertahan untuk tetap tersenyum dan menampilkan pada semua orang bahwa dia baik-baik saja, bahwa dia gadis yang kuat.
Bunga Matahari, bunga itulah yang selalu setia menemaninya dikala senang maupun sedih serta bunga yang selalu membawa senyuman kembali hinggap di bibirnya yang mungil berbentuk shape M. Setelah puas mengeluarkan segala yang ada di benaknya, Narumi kembali masuk ke dalam rumah dan saat akan turun dari anak tangga terakhir secara tak sengaja dia menabrak sang ayah yang sedang membawa secangkir kopi, Narumi bisa melihat dengan jelas wajah ayahnya yang mulai memerah karena marah dan sang ayah mulai membentak serta menjambak rambut Narumi dengan kasar “ Dasar anak tah tahu diri, selalu berbuat onar. Apa tidak bisa sehari saja tanpa membuatku marah? Apa belum cukup kau membuatku menderita karna kau membunuh istriku? Kau yang membunuh orang yang sangat kucinta, teman hidupku, karna melahirkanmu aku harus kehilangan istriku. Menyesal aku pernah menginginkan anak perempuan” Narumi merasakan sesak yang sangat di dalam hatinya, dia sudah tak tahan lagi dan berlari keluar dari rumah. Dia berjalan tanpa arah dengan pandangan yang buram dihiasi butiran kristal bening, tiba-tiba saat akan menyebrang jalan dia melihat sebuah truk yang bergerak kearahnya. Narumi  tidak bisa bergerak sampai truk itu menghantam tubuhnya dan seketika ia berteriak dengan keras.
Karena teriakannya yang keras itu sampai ia membangunkan seisi rumah. Narumi menangis tersedu-sedu sampai sang ayah datang menghampirinya dan memeluknya dengan erat. “ayah, apa ayah menyesal punya anak sepertiku? Karena aku ibu meninggal, ibu meninggal karena melahirkanku ayah” Narumi berbicara tersendat sambil menatap mata sang ayah. “ Tentu saja tidak sayang, kamu ini matahari keluarga kita, bukan salahmu ibu tidak ada di dunia ini lagi, tapi ini takdir yang di atas sayang. Berhentilah untuk selalu menyalahkan dirimu, kamu ini sangat berharga bagi kami, matahari kecilku. Tanpakamu, rumah ini akan sangat terasa hampa”. Ayah memeluk Narumi dengan erat dan terus membelai rambutnya agar Narumi bisa tenang, dari balik pintu kakak laki-laki Narumi memperhatikan  kedua orang anak dan ayah itu, sang kakak masuk kemudian memeluk Narumi. “ Dasar gadis nakal, kami ini sangat menyayangimu. Berhentilah berfikir yang tidak tidak, jadinya kamu mimpi buruk seperti ini. ” sang kakak menjitak kepala Narumi sambil memeluknya lagi. Tak mau ketinggalan ayah pun memeluk kedua anaknya itu dengan penuh sayang. “ Tidurlah, ayah dan kakak akan menemanimu” Narumi hanya mengangguk dan menghapus air matanya kemudian mulai mencoba memejamkan matanya sambil dipeluk ayah dan kakaknya.
“ Gadis keciku, ayah sangat sayang kamu nak, ayah juga sayang kakakmu. Walau ibumu tidak bisa menemani kita disini tapi ayah akan sealalu menjadi ayah dan ibu untuk kalian berdua. Selamat tidur little girl”. Ayah mencium kening Narumi dengan penuh sayang dan akhirnya Narumi tidur dipelukan sang ayah dan kakak dengan tenang.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel Saranghaeyo karya Karumi Iyagi